Hari itu Sabtu. Seperti pagi Sabtu biasa, jadwal pertama di pagi hari adalah membeli nasi kuning di bude langganan. Pagi itu, F2 ingin diajak. Aku dan F2 akhirnya pergi ke Bude langganan untuk membeli nasi kuning. Selesai membeli nasi kuning, di perjalanan menuju ke rumah, singgah sebentar di tukang sayur langganan.
Banyak ibu-ibu yang juga memulai rutinitas pagi di tukang sayur langganan. Aku menggendong F2, sambil menunggu antrian untuk membeli ayam.
Di depanku.
Seorang ibu seusia ibuku. Berdaster lengan pendek dengan panjang daster selutut. Memilih-milih ayah.
“Ini ayam setengah berapa?”, tanya beliau sambil menunjuk ayam yang sudah dalam kondisi setengah potong memanjang.
“19.000”, jawab ibu sayur.
“Mau yah”
Ibu sayur segera memotong ayam tersebut, menjadi empat potong, bagian atas, leher, bagian paha dan ceker.
“Masukin semua, gak usah dipotong lagi. Untuk soto”, jelas si ibu kepada ibu sayur.
“Satu lagi. sama bihun jagung”, ujar si ibu.
Ibu sayur segera mengambilkan pesanan si ibu.
“Berhitung yah. Ayam 19.000. Bihun jagung 4000. Semuanya 23.000”, kata ibu sayur.
“Ini uang 12.000. 11.000 lagi utang yah”, kata si ibu mengansurkan uang 12.000 ke ibu sayur.