[SPIdJ] Hati-hati Menyeberang

Kali ini mau cerita tentang sisi lain orang Jepang dengan tema tentang menyeberang.

###

Menginjak tahun kelima berada di Jepang, aku mempunyai satu kesimpulan tentang pejalan kaki atau orang yang bersepeda saat menyeberang jalan. Pejalan kaki dan pengguna sepeda adalah raja. Bayangkanlah, dengan posisi kita sebagai pejalan kaki dan pengguna sepeda, saat kita hendak menyeberang jalan maka mobil dan sepeda motor biasanya akan bersedia berhenti sejenak memberikan ruang bagi pejalan kakai dan pengguna sepeda ini untuk menyeberang. Asyik bukan? Karena itu, di komunitas mahasiswa Indonesia di Jepang, ada semacam lelucon, kalau salah indikator kita sudah bisa beradaptasi dengan Indonesia saat kembali ke negera tercinta adalah apakah kita sudah berani menyeberangi jalan yang penuh dengan lalu lalang kendaraaan bermotor, baik itu motor atau mobil.

Itu yang kualami selama hampir 4 tahun tinggal di Jepang. Sampai suatu hari …

Hari itu aku agak cepat pulang dari kampus. Hari masih siang. Aku mesti pulang karena kabel listrik laptopku tertinggal di apato, padahal aku sedang menjalankan sebuah program. Aku cepat-cepat berkemas lalu mengayuh sepeda menyusuri jalan yang selalu kulewati sebanyak 2x sehari itu. Sampai di sebuah perempatan. Bayangkanlah aku berada di sisi utara perempatan itu. Di sisi timur perempatan tersebut ada sebuah mobil yang agak berhenti sebentar. Ah, seperti biasanya, mobil ini memberi kesempatan padaku untuk menyeberang, pikirku.

Kukayuh sepeda menyeberangi perempatan itu. Setelah agak jauh sedikit dari perempatan itu, terdengar klakson mobil yang sangat keras (percayalah denganku teman, sangat jarang sekali kita mendengar ada suara klakson mobil di jalan raya di Jepang). Masih dalam kondisi kaget, kutolehkan kepalaku ke belakang. Terlihat mobil putih tadi. Ah, mungkin, ada masalah lain, pikirku lagi.

Masih kukayuh sepedaku. Mobil putih tadi sejajar dengan sepedaku. Aku menengok ke samping. Aku melihat kaca depan kiri mobil diturunkan. Berteriaklah pengendara mobil itu ke arahku. Tentu saja ke arahku karena di jalan itu hanya ada aku dan dia. Setengah kaget dan terkejut, masih dalam keadaan berfikir apa salahku, mobil itu telah melaju lurus ke depanku, meninggalkanku di belakangnya.

Sesampainya di rumah, kondisi badanku masih setengah sadar dan tentu saja berfikir, apa salahku yah? Akhirnya, kutulis situasi saat itu di FB, banyak teman yang berkomentar dan menyatakan simpati. Salah satunya adalah seorang teman yang saat ini sedang berada di Singapura. Komentarnya memberikan sedikit perasaan lega. Memang jarang ketemu orang rese kayak gitu, tapi kalau ketemu orang yang stress seringkan? Anggap saja dia lagi stress dan mungkin lagi banyak beban pikiran jadi bawaannya pengen neriakin orang aja, begitu komentar temanku. Ah, benar memang. Orang stress sering sekali ditemukan di Jepang, dalam aneka wujud. Jadi, mungkin, orang yang memberikan sebuah teriakan kepadaku di siang hari itu adalah orang yang stress. Lumayan membuat rasa marah mereda 😉

25 pemikiran pada “[SPIdJ] Hati-hati Menyeberang

  1. Macet di jalan saat ini sudah merata dan terjadi setiap harinya, saat akan pergi kerja, jam makan siang dan pulang kerja. Baik mobil atau motor rasanya tidak bisa mengelak dari rutinitas tersebut, bahkan selalu juga terjadi di jalan bebas hambatan (jalan tol). Saya sendiri sehari-hari beralih menggunakan sepeda motor, karena praktis, cepat dan ekonomis tentunya. Ketika akan pergi kerja ternyata hujan, barulah pakai mobil. Ketika mengalami sendiri antara mengendarai mobil dengan mengendarai sepeda motor, saya belajar banyak hal dan saya rasa perlu di sharing.

  2. wah.. aku pernah tuh dapat info gitu.. pejalan kaki di jepang termasuk yang dihargai,semua mobil akan berhenti jika ada yang menyebrang.. tapi gak nyangka jg klo ada yang mendadak kasih klakson hanya karena stress ya.. hehe.. memang ada aja mbak kita temui orang yang ga disangka2 gitu.. mbak udah bener tuh.. jadi lebih baik kitanya aja yg positive thinking hehe.. salam kenal.. tukeran link yuukk ^ ^

  3. wah..asiiik tinggal d jepang..impianku bgt tuu 😀
    anyway, emang nggak ada lampu merah gitu yaaa?kalo d indonesia atau d padang maqh…yg kecil (khususnya diriku yg pake sepeda) hrus ngalah sama yg gede (motor ‘n mobil) bt nyebrang..kadang tiga menit nunggu baru nyebrang :D../salama knal yaaa

  4. Mungkin karena di Jepang terbiasa sopan kali ya, Mbak. Jadi ada yang nyeleneh sedikit, kita jadi kepikiran ‘salahku dimana ? ‘ gitu kan.
    Kalo di Jakarta, saking banyaknya orang setres, jadi udah gak kepikiran, Mbak.
    kadang, kita gak ngasih jalan mobil lain buat nyalip aja, yang mo nyalip bisa keluarin tangan ngasih tanda gak sopan gitu. Hiks

  5. Sesuatu yang berjalan tak seperti kebiasaan memang bisa menjadikan kita kepikiran, temasuk membunyikan klakson di Jepang itu.

    Jangankan beda negara, beda desa saja bisa terjadi beda kebiasaan.
    Dan ketika sesuatu berjalan tidak biasanya itu pasti ada apa2nya…

    Bahkan komen di blog juga bisa seperti itu.
    Yang menurut kita di tulisan kita datar2 saja, suatu ketika ada komen tak terduga yang kadang memerahkan telinga.
    (Tapi pasti bukan Mbak Fety) 😀

  6. Wah, iya mba.. anggap aja orangnya lagi stress.. jadi butuh pelampiasan. Lumayan bantu orang ngurangin stress-nya kan? hihihi..

    Di Swedia juga sepeda & pejalan kaki itu adalah raja. Kalau udah di zebra cross (tanpa lampu lalu lintas), mobil2 udah harus berenti deh pokoknya.

  7. maaf kalau seandainya dengan perkataanku ini kamu tersinggung ya fet.
    Aku curiga dia begitu karena kamu berjilbab. Sedikit banyak orang Jepang masih anti dengan islam kan… Jadi mungkin itu sebabnya. Masih banyak rasis di Jepang, apalagi memang kondisi jepang sedang jatuh dgn banyaknya phk dan pengangguran.
    Yang penting jangan perkara itu mengganggu hati kita lama-lama ya.

    • Tenang, mbak 🙂 InsyaAllah gak tersinggung, resiko jadi kaum minoritas 😀
      Makanya, mbak, dengan menuliskannya di sini, InsyaAllah tidak lagi membebani hati dan pikiran. Bukannya menulis adalah terapi bagi sedih dan marah? 🙂

  8. Ah, akhirnya dapet cerita lengkapnya 🙂
    Sabar ya Mbak… Mungkin si pengendara mobilnya lagi dapet masalah, jadi Mbak kena imbasnya 🙂
    Asiknya kalau pejalan kaki dan pengendara sepeda jadi raja di Indonesia 🙂

    • Mimpimu ttg pejalan kaki dan pengendara sepeda menjadi raja di Indonesia mungkin masih akan tercapai puluhan tahun lagi, Chita 🙂 Tapi, suer, itu juga mimpiku 😀

      Yuk, mimpi bersama 🙂

      • Ayuukk!!
        Btw, di Aussie ada kebiasaan pejalan kaki yang nggak boleh ditiru Mbak, di sini mereka pada suka jaywalking. Nyebrang seenaknya, dimana aja. Kalo ada zebra-cross, mereka lebih milih jalan beberapa meter menjauhi zebra-cross kemudian nyebrang di sana, kebanyakan dari mereka males nungguin lampu tanda menyebrang yang lama hahahaha…

Tinggalkan Balasan ke bebe' Batalkan balasan