Makanan Sehat = Makanan Cinta

Kontes Aduk : Makanan Sehat

*****

Hampir 5 tahun tinggal di Yogya karena meneruskan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di sana, lalu hijrah ke Bandung selama lebih kurang 2 tahun, salah satu syarat memilih kos-kosan bagiku selama periode itu adalah tempat kos mesti dekat dengan warung makan yang menyediakan makanan sehat yang murah dan bersih. Alasan dibalik syarat itu adalah karena aku paling malas berurusan dengan urusan dapur dan kalau mesti berjalan jauh untuk membeli sebungkus nasi pengganjal perut yang lapar maka penyakit malas itu akan kumat.

Alhamdulillah, hampir 5 tahun di Yogya aku menempati rumah kos-kos yang bukan hanya dekat dengan warung makan, tapi juga ibu kos yang berjualan makanan sehat dengan harga yang terjangkau untuk anak kuliahan dengan kiriman bulanan pas-pas sepertiku.

Begitu juga dengan hampir 2 tahun berada di kos-kosan di Bandung. Selain kos-kosannya berada persis di belakang kantor, ibu kosnya juga berjualan makanan sehat yang cukup mampu memenuhi gizi harianku. Kalaupun sedang dilanda bosan dengan makanan ibu kos, ada juga banyak pilihan makanan sehat yang lain di sekitar kos-kosan.

Makanan sehat versiku kala itu adalah makanan yang dijual oleh penjual yang bersih di warung yang juga bersih dengan harga yang murah.

Tapi, semuanya menjadi berubah sejak pindah ke Jepang karena alasan sekolah. Memang banyak tersedia pilihan makanan sehat, tapi ada sedikit pilihan yang berada pada kategori halal. Karena aku seorang muslim, faktor halal ini berada pada urutan pertama.

Maka, saat itu pulalah dimulai saat-saat berjibaku di dapur sendirian untuk menyediakan makanan sehat bagi diri sendiri. Tentu susah sekali. Semuanya mesti belajar dari awal. Mengenal bumbu, belajar menakar yang pas hingga makanan yang tersaji terasa enak di lidah hingga memikirkan variasi menu setiap harinya. Tentu saja kadang bosan mendera. Tapi, memilih menyediakan masakan sehat sendiri memang terasa lebih bersahabat dengan urusan kantong.

Setelah urusan menyediakan makanan sehat menjadi urusan diri sendiri, maka kini syarat makanan sehat versiku bertambah lagi. Sebisa mungkin tidak menggunakan MSG. Masalah tidak menambahkan MSG ini bukanlah masalah yang sederhana bagi peramu masakan sehat pemula seperti diriku. Bagaimana memadumadankan takaran gula dan garam yang seimbang adalah kuncinya. Tapi, waktu memang adalah sahabat. Hampir 3 tahun belajar memasak tanpa menggunakan MSG, alhamdulillah sekarang sudah menemukan perbandingan yang seimbang antara garam dan gula sehingga lidah tetap dimanjakan oleh rasa masakan tanpa MSG ini.

Itulah makanan sehat versiku dulu dan sekarang. Lalu, bagaimanakah dengan makanan sehat versi kalian, teman-teman? Berbagi yuk 🙂

****

@kampus, Juli 2011

21 pemikiran pada “Makanan Sehat = Makanan Cinta

  1. Fety sudah pintar masak ya….

    masalah MSG itu rada susah juga, para pedagang dorongan pasti makae,
    di rumag prt sudah dibilang nggak usah pakai bumbu penyedap tetap saja diam2 beli di abang sayur, katanya nggak pede masaknya kalau nggak pakai penyedap itu

Tinggalkan Balasan ke fety Batalkan balasan