Sebuah Motivasi

Beberapa hari yang lalu, hanya aku dan Saitou-san, teman satu angkatan, yang ada di lab. Dan terjadilah percakapan di bawah ini :

Aku               : Beberapa hari yang lalu Kon-san cerita kalau dia sudah diterima kerja di sebuah perusahaan.

(di Jepang proses pencarian pekerjaan memang dilakukan setahun sebelum waktu kelulusan. Karena tahun ini adalah tahun terakhir, aku, Saitou-san dan Kon-san untuk menyelesaikan kuliah kami, maka Saitou-san dan Kon-san sudah mulai memikirkan mencari pekerjaan sejak tahun ini)

Saitou-san : Oh, Kon-san udah cerita yah?

Aku               : Iya. Saitou-san belum yah?

Saitou-san : saya berencana mengikuti tes pegawai pemerintah (sama dengan PNS di Indonesia) bulan Mei nanti.

Aku               : Oh gitu. Kenapa tidak mau melamar pekerjaan di perusahaan?

Saitou-san : Kalau menjadi pegawai pemerintah, dari muda sampai usai pensiun kita mendapatkan gaji (mungkin maksudnya gak ada pemecatan kali yah?:)). Kalau di Indonesia gimana? Fety-san kan juga pegawai pemerintah yah?

Aku              : Hmm, kayaknya alasannya juga sama. Memangnya di Jepang menjadi pegawai pemerintah diminati yah?

Saitou-san : Sekarang kondisi ekonomi jepang lumayan memburuk, jadinya banyak yang berminat menjadi pegawai pemerintah. Tapi, di saat kondisi ekonomi jepang bagus, lebih banyak yang ingin menjadi salaryman (istilah untuk orang yang bekerja di perusahaan).

Aku              : Hmm gitu yah.

Percakapan ini membuat aku berfikir, menganalisa ke dalam hati, apakah sebenarnya motivasiku dulu untuk mendaftar di tempat kerja yang sekarang. Apakah sama dengan kebanyakan umum teman-teman di Jepang? Kenyamanan mendapatkan penghasilan setiap bulankah? Masih terekam di memori, beruntunnya peristiwa sedih yang mesti dilalui saat itu hampir saja memudarkan kepercayaan diri bahwa peristiwa sedih itu pada akhirnya akan menjadi masa lalu. Maka, diterima di tempat bekerja sekarang adalah penawar sedih di hati kala itu. Itu memang rencana Allah.

Begitu juga saat mendapat kesempatan mengunjungi negeri sakura, motivasi memutuskan bekerja di tempat sekarang masih maju mundur. Juga dengan seribu pertanyaan keraguan yang menyeruak di kepala. Tapi, akhirnya, saat lama berdiskusi dengan mas, dan mengunjungi bilik-bilik masa lalu, akhirnya motivasi itu terpancang sempurna. Memang Allah adalah Sang Sutradara Agung. Melangkah mundur bukanlah sikap seorang ksatria. InsyaAllah, pilihan sekarang akan dijalani dengan bahagia. Tentu juga sekarang bukan hanya sekedar motivasi materi, tapi ada yang lebih dari itu. Memberikan sesuatu yang terbaik dalam usia terbaik yang dianugerahkan Sang Khalik.

Buat semuanya, apapun pilihan kita, yuk mari kita jalani dengan bahagia 🙂

@home, April 2010

saat salju turun di musim semi pagi ini 🙂

32 pemikiran pada “Sebuah Motivasi

Tinggalkan komentar